Mungkin kerap kita tanyakan pada diri kita, apa itu kebahagiaan? Kendati ia bukan makhluk yang bisa kita raba, atau bukan seperti secangkir kopi yang bisa kita beli.
Namun pertanyan dari zaman nabi ini tetap eksis sampai sekarang. Begitu banyak orang mulai mencari tahu : apa itu kebahagiaan? orang-orang yang tidak ambil pusing untuk membaca buku membuka Wikipedia, sementara kutu buku melesat menuju perpustakaan untuk mencari kamus KBBI yang telah berdebu. Apa itu kebahagiaan? pertanyaan itu masih ada seperti udara, menyatu bersama debu dan polusi.
Dan kini anda membuka artikel ini karena anda masih bertanya, apa itu kebahagiaan? Padahal para psikolog, seniman, cendekiawan, telah banyak bercerita.
Dan jika anda masih bertanya kepada saya; saya tidak tahu. sebab, dari artikel ini, saya hanya ingin mengatakan kepada anda satu hal:
Tolong jangan definisikan segalanya
ketika kita masih kecil, kita tersenyum dan tertawa oleh hal-hal yang sepele. Kita bahagia. Namun tanpa pernah kita sadari, kita semakin dewasa dan mulai mendefinisikan segalanya, ya, benar, segalanya.
kita mulai mendefinisikan bahwa bahagia itu harus kaya, jadi kita mengejar kekayaan, dan selepas kita mendapatkannya, kita bingung. Apa itu bahagia? Kini hati malah diserbu rasa hampa, dan kita masih tidak tahu apa itu 'bahagia'.
sampai ujung artikel ini, hanya anda sendiri yang tahu apa itu bahagia. Tapi bagi saya, ingatlah satu kata, tolong jangan definisikan segalanya. sebab tidak semua hal yang sederhana menjadi rumit bila didefinisikan.
Terima kasih.
Baca juga: Kenapa Kita Harus Memilih?
Bahagia itu sederhana. Terlahir dari hati yang selalu bersyukur dan bibir yang tersenyum.
ReplyDeleteCiee...senyum ☺️
😊
Delete