Sebuah Pengalaman Untuk Diingat
Ketika Doug Hooper harus mempertahankan
pekerjaannnya, ia terpaksa melakukan perjalanan dari California ke Oregon
Selatan dengan mobil Polymouth tuanya yang telah bobrok. Mobil itu sudah
kehilangan masa kejayaannya dan sekarang kendaraan tersebut sudah seperti kakek
tua yang menunggu kematian.
Bagi mobil itu, malaiakat maut
senantiasa menanti dengan sabit panjangnya dan seolah benar-benar siap untuk
mencabut nyawa mobil itu ketika ia telah diperintah. Mobil itu terus dipaksa Doug
dan mobil itu patuh, setidaknya mobil itu sampai saat ini belum menunjukkan
tanda-tanda sakaratul mautnya.
Namun yang lebih parah lagi
adalah; mobil itu hanya memiliki kecepatan 55 kilometer per/jam, remnya blong,
dan menghabiskan banyak bensin sebanyak kaum Mongol meminum air. Hal itu tentu
saja membuat Doug kesal, namun ia tidak memiliki pilihan lain selain mengendarai
mobil ini dengan takdir kematian yang mengintainya dari belakang dan bisa datang
kapan saja.
Saat itu bulan November dimana
badai menghantam perjalanan Doug, hujan deras disertai angin ribut menghantam
mobilnya, pohon-pohon seolah dibengkokkan oleh angin dan kejadian yang tidak
pernah ia inginkan terjadi; Mobilnya mati.
Angin bercampur badai tersebut
terus saja mengaum-ngaum seolah angin tersebut adalah sang raja rimba yang akan
mementalkan apapun dengan aumannya. Kayu-kayu melengkung dibuatnya dan air-air
hujan yang bersamanya seolah menjelma panah sampai menggedor-gedor kaca jendela
mobil tersebut.
Walau ia mampu menepikan mobilnya
beberapa meter kesamping, namun tiada keajaiban yang ditemukannya pada mobil
itu. Mobil tua itu mati total dan menjadi bangkai disamping jalan, ia terdampar
oleh sebauh kenyataan dimana mobil tersebut telah diambang batasnya dan segera
mati untuk selama-lamanya.
Sementara badai diluar sana
semakin mematikan, namun mobilnya masih tidak menunjukkan tanda kehidupan sama
sekali, maka seketika dirinya dipenuhi rasa takut yang sangat dalam, sebab bisa
jadi ia akan terkurung dalam badai, mati kedinginan disana dan ditemukan
esoknya dalam keadaan tubuh membeku.
Diluar sana keadaan begitu gelap,
ia tidak menemukan siapapun dan tentu tidak ada orang bodoh yang akan
berpergian ketika cuaca dalam keadaan begini.
Dalam keputusasaan yang sangat
dan diantara takdir hidup dan matinya, tiba-tiba saja dari balik gelap muncul
sebuah cahaya yang menerabas gelap, cahaya tersebut berasal dari sebuah mobil
atau tepatnya orang gila seperti diirnya yang berkendara disaat badai.
Seseorang turun dari mobil itu
dan datang mengunjunginya, diluar sana badai masih memporak-porandakan keadaan
dan menerbangan daun-daun yang lemah. Kemudian diantara rasa takut dan bahagia,
Doug membuka jendela mobilnya dan berseru agar suaranya tidak diterkam oleh
badai yang masih melanda.
“Mobilku mati!” Serunya
Maka lelaki asing itu berjalan
kearah muka mobil, membuka kap mobil dan memperbaikinya sembari mempertahankan
tubuhnya dari kencangngnya angin dan badai. Ketika lelaki itu menyetel sesuatu,
ia kemudian memberi isyarat untuk memutar kontak, dan ajaibnya, mobilnya hidup.
“Saya takut jangan-jangan mobil
mogok untuk terakhir kalinya” Doug berseru
“Setiap mobil paling sedikit akan
hidup sekali lagi kalau diberi perhatian yang semestinya” Dia berseru kembali.
Dan anehnya, seketika angin
mereda, badai berhenti, dan hujan menjadi rintik-rintik.
“Prinsip yang sama juga berlaku
bagi manusia” Lelaki asing itu berkata pelan “Pada suatu hari, kelak anda akan
punya kesempatan untuk menerapkan pengetahuan ini. Ingat bahwa selama masih ada
sedikit percikan api, belum terlambat bagi sebuah mobil atau seorang manusia
untuk membuat awal yang baru”
Doug hanya manggut-manggut tidak
mengerti, tentu saja ia begitu senang ketika mobilnya kembali hidup dan bisa
berjalan, cahayanya yang seperti mata kucing menerabas kegelapan yang ada
didepannya. Sementara itu, lelaki yang membantu Doug pergi selepas ia berterima
kasih, mungkin karena ia juga memiliki kesibukan lain yang harus dikerjakan.
Tentu kala itu kata-kata itu
belum berarti, namun selepas Doug berterima kasih banyak kepadanya, ia meneruskan
perjalanan. Untung saja mobilnya tidak mogok ketika ada di sisa perjalanan yang
akan ditempuh. Namun tentu saja, ia tidak pernah mengetahui siapa lelaki itu
dan mengapa ia berhenti untuk menolong orang asing yang sama sekali tidak
dikenalnya di jalan yang sunyi seperti tadi. Dan bagaimana ia bisa datang
disaat yang begitu genting? atau bagaimana mobilnya bisa diperbaiki begitu
mudah? ia tidak tahu. Waktu terus berjalan dan tahun berlalu begitu saja.
25 Tahun kemudian, Doug menyadari peristiwa tersebut, tepatnya ketika ia sedang berkeliling penjara Folson
sebelum memulai pelajarannya sebagai seorang penceramah disana.
Selepas melihat wajah-wajah tak
berdaya pada para narapidana, ia merasakan dirinya tidak mampu menolong mereka.
Namun seketika dirinya kembali mengingat kejadian seperempat abad yang lalu dan
mengingat perkataan orang tersebut:
“Pada suatu hari kelak anda akan
punya kesempatan untuk menerapkan pengetahuan ini. Ingat bahwa selama masih ada
sedikit percikan api, belum terlambat bagi sebuah mobil atau seorang manusia
untuk membuat awal yang baru”
Dan ia percaya, tiada kata
terlambat untuk memulai sesuatu yang baru.
Doug kemudian berusaha dengan
keras, menyatu dengan para narapidana dan lebih banyak mendengar tentang keluh
kesah mereka dan tentu saja ada begitu banyak tentang keluh kesah yang narapidana
miliki, diantaranya adalah ada yang merasa bahwa ia tidak lagi dicintai oleh
istrinya, dan beberapa lagi masuk penjara karena tidak ada penerimaan dari
masyarakat.
Hal ini memang kerapkali terjadi,
masyarakat seringkali melakukan sebuah diskirminasi terhadap manusia-manusia
yang masuk kedalam penjara. Mereka, selepas masuk penjara dan keluar karena
masa tahanan mereka telah berhenti harus mengetahui fakta bahwa pandangan
masyarakat terhadap mereka sangat jauh berbeda dengan sebelum mereka masuk
penjara.
Mereka bukan siapa-siapa, mereka
bukan artis yang bila melakukan apapun maka akan dibela. Mereka hanyalah
masyarakat biasa yang melakukan kesalahan karena ketidaktahuan mereka akan
sesuatu, dan ketika mereka keluar dari penjara, mereka tidak lagi dianggap
sebagai manusia normal sebab masalah yang membawa mereka ke ranah hokum seolah
tercoreng di wajah mereka.
Hal inilah yang membuat Doug terus
berusaha dan berdakwah di penjara tersebut. Lain orang lain cerita, ia terus
menerus melakukan hal yang sama dengan cara yang berbeda, ia terus melakukan
pendekatan, lebih banyak mendengar dan memberikan solusi untuk hal yang mereka
miliki. Yang Doug ketahui adalah, setiap orang memiliki kesempatan untuk
kembali hidup, tepat seperti mobil tuanya yang mati diantara dentuman badai seperempat
abad yang lalu.
Pendekatan yang ia lakukan lama
kelamaan membuahkan hasil, ia mendapatkan banyak cerita dan kenyataan mengapa
mereka bisa berada disana, ia juga mampu membuat wajah-wajah yang dulunya muram
menjadi tersenyum. Wajah-wajah yang ada dipenjara tersebut seolah kembali
menjadi mentari yang mampu memberikan manfaat untuk orang lain, dan Doug,
berhasil melakukannya.
Doug, tentu saja tetap teringat
dari perkataan lelaki asing yang pernah menyelamatkannya dulu : “Pada suatu
hari, kelak anda akan punya kesempatan untuk menerapkan pengetahuan ini. Ingat
bahwa selama masih ada sedikit percikan api, belum terlambat bagi sebuah mobil
atau seorang manusia untuk membuat awal yang baru”
Dan Doug berhasil membuat awal
yang baru, sebuah harapan baru, untuk mereka.
Dikutip Dari Buku ‘AndaAdalah Apa Yang Anda Pikirkan’ karangan Doug Hooper
Comments
Post a Comment