Pada abad ke 21 ini hampir tidak ada yang tidak mengenal aplikasi Tik Tok. Sejak kemunculanya pada tahun 2016, tepatnya pada bulan September, Tik Tok telah mencapai 500 juta pengguna, bahkan pada November 2018, di Indonesia sendiri sudah tercatat pengguna aktif yang mencapai angka 10 juta.
Walau pernah di cap alay, namun aplikasi penggugah video pendek ini terus berkembang, bahkan menurut Sensor Tower, Tik Tok berhasil mencatat unduhan terbanyak di App Store dan Play Store, yang berdampak pada kalahnya popularitas aplikasi yang setara dengannya seperti Facebook, Instagram, dan bahkan Twitter.
Tiktok memang mewabah seperi Corona, menjangkiti kaum muda, dewasa, bahkan lansia. Pernah tercatat Ada 40% pengguna Tik Tok diluar China, dan Menurut survey Global Web Index, pengguna tiktok yang berusia 16-24 tahun tercatat sebanyak 41%. Menurut Zhang Yiming sendiri, aplikasi ini memang ditujukan untuk kaum muda, dan apa yang ia ekspektasikan sepertinya menjadi kenyataan.
Walau pada tanggal 3 Juli 2018 pernah di blokir, namun aplikasi yang disukai Luna Maya dan Dian Sastro ini akhirnya dibuka kembali pada tanggal 10 Juli selepas CEO Tik Tok menyambangi kantor Kominfo di Jakarta.
namun hambatan mereka sepertinya tidak berhenti disana, sebab kini Amerika sedang mempopulerkan fitur Instagram bernama Reel.
Reel merupakan fitur baru di Instagram yang memiliki halaman scroll up layaknya fitur 'For Your Page' yang serupa seperti Tik Tok.
namun Robby Stein walau mengakui Tik Tok adalah pelopor format video pendek, ia percaya bahwa Reel berbeda dengan Tik Tok.
"Tetapi, pada akhirnya, tidak ada dua produk yang sama persis, begitu juga produk kami" ucap DIrektur produk Instagram tersebut.
Saat ini, Tik Tok memang sedang mengalami masa-masa genting, selain pemblokiran aplikasi Tik Tok di Amerika dan India, kini Jepang juga akan melakukan pembatasan pada aplikasi tersebut.
Bahkan demi menyaingi Tik Tok, beredar kabar bahwa Amerika rela menyogok para influencer Tik Tok untuk beralih mengisi konten di Reel, dan dana yang dikucurkan demi tercapai tujuan itu rumornya sampai berkisar ratusan ribu dollar Amerika.
Namun tentu Tik Tok tidak tinggal diam, ia juga melakukan hal yang serupa. yaitu dengan memberikan dana sebanyak 200 juta USD atau sekitar 2,9 triliun rupiah untuk konten kreator.
Ini memang pertama kalinya Tik Tok memberikan pesangon kepada konten kreator mereka, sebab sebelumnya, para konten kreator hanya bisa menghasilkan penghasilan dengan memonetisasi live streaming dan dengan meng-endorse brand.
Namun tentu ada rukun dan syarat yang harus dilakukan agar bisa mendapatkan pesangon, misalnya berumur 18 tahun keatas dan rajin mengupload video. sementara berapa follower agar bisa mendapatkan pesangon masih belum dirincikan.
Cara ini tentu sama seperti Youtube yang mengharuskan 1000 subscriber baru bisa memonetisasi. dan yang terpenting, mampukah Reel menyaingi Tik Tok?
Walau Tik Tok telah mendunia, namun kini Reel telah merangkak di 50 negara, salah satunya Jepang, Austarlia, dan bahkan India. namun sayangnya, fitur tersebut belum masuk ke Indonesia.
Mampukah Reel menyaingi Tik Tok? itu masih menjadi misteri dan saya rasa, hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Tik-Tok |
*Image by Pixabay.com
Referensi:
Youtube, viva.co.id, Kompas, Tekno.kompas.com
Baca Juga: Apa Itu TikTok? Mengungkap Aplikasi TikTok
Baca Juga: Kenapa Merokok Sulit Dihentikan?
kayak apa reel? blm bisa diakses di Indonesia ya?
ReplyDeleteReel semacam tik tok, namun durasinya sepanjang 15 detik, dan mbak bener, fitur reel belum bisa diakses di Indonesia
Delete