Hi, namaku Maze, dan walau aku berumur 19 tahun dan sebentar lagi menjadi mahasiswa, aku belum bisa mengendarai motor dengan baik dan benar.
Itu memang memalukan, kau bisa membayangkan seorang mahasiswa yang akan dijemput oleh ayahnya dari rumah ke kampus, menyalami ayahnya, si anak belajar dan sang ayah kembali menjemputnya di sore hari untuk pulang.
Itu memalukan.
Dan sebelum itu terjadi, aku kembali membuka garasi, mengeluarkan motor Supra X merah, mengengkolnya sampai terengah-engah dan pasrah. Aku tidak ingin berakhir seperti ini, mimpiku masih panjang, aku ingin melihat dunia dari kacamataku sendiri, aku menarik napas dan mengengkolnya lagi.
Motor itu menyala.
Akhirnya dengan pelan, aku mencoba menarik gas, semakin cepat dan menuju jalan raya, aku berbelok ke kanan sebab disana salah satu jalur aman, namun aku tidak pernah menyangka sebuah sedan bewarna hitam sedang melaju kearahku, sementara disamping ada sebuah mobil yang sedang parkir.
Aku menaikkan gas, diantara dua mobil, nyawaku hampir menghilang. Aku bisa saja terjepit dan mati seketika, tubuhku hancur dan tulang rusukku remuk. Namun aku masih hidup. Sumpah, saat itu, aku merasa nyawaku hanya berjarak 2 cm. Jika aku bergerak sedikit saja maka kalian tidak akan pernah membaca artikel ini.
Aku kembali menarik napas dan menaikkan gas motorku, Supra-ku semakin cepat dan aku bisa menghabisi sisanya.
Ini memalukan, aku bisa menyalahkan masa lalu dan bertanya mengapa aku tidak naik motor dari dulu, namun itu tidak ada gunanya, tidak ada yang bisa dibuat penyesalan selain penyesalan itu sendiri, menyesal hanya membuang-buang watu. Jadi, aku mulai belajar menggunakan motor kembali.
Mau tidak mau, aku juga pada akhirnya mencoba menempuh jalur jalan raya besar, melewati rumah keluargaku yang gila karena MLM, dan terus melaju kemudian berbelok kesamping kiri, dari Montong Gamang menuju Pengkores.
Perjalananku aman-aman saja, sebab aku bisa menyeimbangkan diri, namun aku tidak bisa memungkir bahwa ini jalan raya, semua orang memiliki target untuk dicapai, dan tentu saja, semua orang ingin mengejar target itu.
Dan itulah yang terjadi, sebuah truk pembawa barang menyalip sebuah mobil lalu menuju kearahku. Aku langsung membanting stang ke kiri, motorku melaju ke arah trotoar yang penuh batu. Aku tergelincir namun kembali menyeimbangkan motor.
Aku menarik napas lega.
Aku hampir mati, lagi.
Pada akhirnya, aku kerumah dengan perasaan takut, hatiku kecut namun aku tidak mati.
Aku hampir mati dua kali, namun itu tak apa. Aku hanya bisa bersyukur bahwa hari ini aku masih hidup. Dan kurasa aku juga selamat karena sholat shubuh berjamaah. Memang agak aneh jika itu alasannya, namun jangan pernah remehkan amal kebaikan walau sebesar kerikil, karena bisa jadi itu adalah salah satu alasan tuhan untuk memberikan hidupku ditangguhkan.
Aku masih hidup untuk saat ini, tapi aku tidak tahu esok bagaimana.
Dan berita baiknya, impianku masih ada.
Baca Juga : Guetemala dan Pemakamannya Yang Mengerikan
Comments
Post a Comment