Skip to main content

Teruntuk Dina

Teruntuk:

Dina, Akhirat.

Dina, adikku, kenapa secepat ini kamu pergi? kemana senyummu yang kau berikan kepadaku? Kemana suara tapak kaki saat kau menuntun adikmu untuk belanja itu? kemana?

Andai kau tahu, ibumu akan membelikan boneka yang dulu kamu mau, juga akan membelikan buah pear yang kamu sukai. Andai kamu tahu, ibumu tidak akan memarahimu lagi, andai kamu tahu....

Dina, aku ada disana saat wajah pucatmu tertutup kain, saat wajah cantikmu berakhir seperti mutiara, saat bibirmu menutup rapat untuk selamanya. Ah..andai saat itu kau membuka mata, satu jam saja, berbicaralah untuk terakhir kalinya, sebab aku hanya pernah melihatmu, dan kau hanya melemparkan senyum kepadaku.

Dina, saat itu aku ada disana dan diam diantara bulir-bulir mata yang menghujani lantai semenmu. Dan kau tahu? Ayahmu sedang bersandar di tembok, air mata di pelupuk matanya membasahi pipi.

Ayahmu....menangis.

Reputasi ayahmu tak bagus dimataku, Dina, juga dimata kami. Sebab, aku tidak tahu apa pekerjaan ayahmu selain merawat burung-burung yang ia tangkap, juga tidak tahu darimana ia mendapatkan uang untuk makan keluargamu.

Namun shubuh itu, kau tahu Dina? Ayahmu menangis, air matanya tumpah dan ia nampak menyesal, andai kau masih hidup, ia pasti akan berusaha mencari uang agar kamu dapat membeli boneka yang kamu mau, juga membelikan satu kilogram buah pear yang kamu sukai.

Ayahmu menangis, Dina. Ayah yang lebih nampak seperti seorang preman daripada seorang petani, ayah yang lebih adu kekuatan daripada adu argumentasi. Beliau menangis, namun apa daya, kau tak kunjung membuka mata, kau pergi untuk selamanya.

Dina, kepergianmu mengajarkan pria bodoh sepertiku tentang dunia, bahwa kenyataannya; bajingan hanyalah persepsi, hanya sebutan dari orang yang merasa lebih suci. Aku lupa, Dina. Aku lupa bahwa kita semua adalah manusia, lupa kalau hanya kulit yang membuat kita berbeda, lupa kalau dibawah langit yng membumbung tinggi, kita semua hanyalah seorang hamba.

Adikku, shubuh itu kamu pergi dan tidak kembali, maka tunggulah disana, pada sebuah altar suci dimana keindahan berada, pada sebuah rumah indah terakhir yang kita sebut surga.

Jangan takut Dina, disana ada kebun dan buah pear yang bisa kamu makan sesukanya, ada sungai tempat kamu bermain air saat bersama Syafira, ada istana tempat kamu bisa bermain boneka. Kamu tidak akan pernah kesepian lagi, tidak akan pernah, mungkin kamu akan rindukan kami, namun pada akhirnya, saat dunia yang fana ini benar-benar pergi, kita akan bertemu kembali.

                                                      Dari:
                                  Maulana Abdul Azis, Bumi


Comments

Popular posts from this blog

Kaprodi BKI Dan Panitia Penyelenggara Pemilihan HMPS Tidak Paham Regulasi

    Fakultas  D akwah dan  I lmu  K omunikasi akan melaksanakan pesta demokrasi pada tanggal 10 Januari 2024, ada 4 jurusan yang akan melaksanakan proses pemilihan yaitu KPI, PMI, BKI dan MD. Namun, pada pemilihan kali ini ada sesuatu yang berbeda terkait dengan aturan yang di tetapkan oleh salah satu jurusan melalui kepanitiaan yang di bentuk. Ke 3 jurusan yang ada melaksanakan dan menetapkan sesuai dengan aturan yang memang sudah seharusnya yaitu Parlemen, sedangkan pada salah satu jurusan melakukan nya dengan cara pemilu raya  yang mana  hal ini sangat kontroversial. Pada tanggal 9 Januari 2024 kepanitiaan dari salah satu jurusan membuat sosialisasi terkait aturan yang akan di tetapkan ; “Kami dari kepanitiaan sudah tahu bahwa sistem yang kami gunakan tidak sesuai dengan dirjen pendis sebagai memang kampus kita yang berada dalam naungan kemenag dan aturan yang kita tetapkan ,  ini sudah di sepakati bersama ketua prodi BKI” Ucap ketua panitia pemilihan jurusan BKI, yakni Fidya ayu ke

Daniel Villegas dan Kronologi Kasusnya

Kronologi Kasus Daniel Villegas  Waktu itu menunjukkan tahun 1993 pada bulan April, tepatnya di El-Paso, Texas. Masa dimana jalanan disepanjang El-Paso begitu lengang, desau udara bergerak dan membelai pori-pori empat orang yang sedang berjalan sehabis mengunjungi sebuah pesta disana. Mereka berempat adalah Bobby England, Armando Lazo, Jesse Hernandes, dan Juan Medina. Adalah sekawanan remaja yang sedang menikmati bebasnya hidup tanpa pernah menyadari bahwa itu adalah akhir dari kehidupan mereka. Keadaan masih tenang kala itu, sampai sebuah mobil mendekat perlahan dan berhenti, kemudian dari kursi belakang, seseorang menembaki keempat remaja tersebut dengan senjata api. Robert England terbunuh dengan kepala berlubang, sementara Armando Lazo berlari bersama dua lainnya sejauh 100 meter sebelum pada akhirnya terbunuh setelah ditembak di bagian paha dan di bagian perutnya. Lazo yang berusia 17 tahun ditemukan tidak bernyawa didekat sebuah rumah di pinggir jalan, tubuhnya ditemuk

Di Amerika, Kangkung sama ilegalnya seperti ganja

Sebenarnya, aku baru mengetahui hal ini. namun jujur, aku terkejut saat mengetahui fakta bahwa di Amerika , kangkung sama haramnya seperti ganja.   Hah? Yah ekspresiku juga seperti itu. Pasalnya, dikenal dengan tanaman yang friendly dan ramah lingkungan, kangkung menjadi salah satu komoditas yang diperjual belikan di Indonesia . bahkan, di Indonesia sendiri, hampir semua orang mengenalnya. kemampuan hidup bangsa mereka yang nauzubbillah  menambah kepopuleran tanaman ini, coba saja lempar batangnya ke sawah atau sungai, suatu saat nanti, kalian akan terkejut menemukan mereka sudah hidup sejahtera dan berkeluarga. namun walau begitu, di Amerika itu menjadi masalah, sebab, kangkung memiiliki sifat rakus dimana ia membutuhkan lebih banyak air daripada tanaman yang lainnya. dan parahnya lagi, kemampuan hidup mereka menjadi penyebab tertutupnya gorong-gorong dan bahkan membuat perahu tidak bisa melintas. Khususnya di Florida. Setelah searching, aku juga mendapatkan informasi bahwa, di Ameri